Minggu, 14 Juni 2015

Fenomena Air versi Fisika

 Air memiliki kemampuan untuk membasuh, menenangkan dan memelihara. Di sisi lain, air juga memiliki kekuatan brutal seperti saat tsunami

Orang bijaksana China, Lao Tzu, sempat mengatakan, tak ada yang lebih lunak dan lebih lemah dari air namun tak ada yang lebih baik untuk menyerang benda keras dibanding air. Air mendominasi dua pertiga tubuh manusia dan menyelimuti tiga perempat Bumi yang membuatnya sangat misterius.
Di sisi lain, air akan sangat mengejutkan Anda, bahkan mampu mementahkan pemahaman ilmiah.

♦Beku
Orang logis pasti menganggap butuh waktu lebih lama bagi air panas untuk mencapai suhu nol deraja celcius dan membeku dibanding air dingin. Anehnya pada 1963, siswa SMA Tanzanian Erasto Mpemba menemukan, air panas lebih cepat beku dibanding air dingin dan tak seorang pun mengetahui mengapa begitu.
Salah satu kemungkinan yang ada adalah proses sirkulasi panas yang disebut konveksi. Dalam wadah air, ketika hangat naik ke atas mendorong air yang lebih dingin di bawahnya maka akan tercipta ‘hot pop’. Ilmuwan memperhitungkan, konveksi ini mampu mempercepat proses pendinginan dan segera mencapai titik beku.
♦Zat licin
Pemeriksaan ilmuwan satu setengah abad belum berhasil memecahkan mengapa permukaan es licin. Ilmuwan sepakat, lapisan tipis air cair di atas es beku menjadi penyebabnya. Hingga kini, tak ada konsensus mengapa es memiliki lapisan itu.
Teori menduga, lapisan ini muncul akibat ski atau terpeleset sehingga terjadi kontak dengan es yang kemudian meleleh. Lainnya menduga, lapisan cair ini ada akibat gerak inheren molekul permukaan. Namun faktanya, hingga kini, misteri ini belum terpecahkan.
Aquanut
Di Bumi, air mendidih menciptakan ribuan gelembung kecil. Di luar angkasa, air mendidih menciptakan satu gelembung besar. Dinamika fluida ini sangat rumit hingga fisikawan tak mengetahui apa yang terjadi pada air mendidih pada kondisi bergravitasi nol hingga eksperimen dilakukan pada 1992.
Fisikawan memutuskan, fenomena ini merupakan hasil ketiadaan dua fenomena yang disebabkan gravitasi, yakni konveksi dan daya pengapungan. Berikut Videonya
Cairan melayang
Saat tetes air mendarat di permukaan yang lebih panas dari titik didih, air bisa bergerak cepat di permukaan jauh lebih lama dari dugaan. Efek yang disebut leidenfrost ini terjadi saat lapisan terbawah air menguap dan molekul gas air di lapisan itu tak punya tujuan. Akibatnya, sisa tetes air tak jatuh di permukaan panci panas. Berikut Videonya
Selaput gila
Terkadang, air tampak menolak hukum fisika. Kekuatan tensi permukaan yang membuat lapisan terluar badan air berlaku seperti selaput fleksibel. Tensi permukaan muncul akibat ikatan molekul air saling merenggang. Karenanya, molekul mengalami tarikan ke dalam dari molekul di bawahnya.
Air akan menyatu hingga ada tenaga meruntuhkan ikatan lemah itu. Misalnya, pada klip kertas yang tetap berada di atas air meski besi lebih padat dari air dan seharusnya tenggelam, tensi permukaan mencegahnya.
Salju Mendidih
Saat terdapat gradien suhu besar, sebuah efek mengejutkan akan terjadi. Jika air mendidih bersuhu 100C disiram ke udara yang bersuhu -34C, maka air berubah menjadi salju dan terbang. Hal ini terjadi karena udara dingin ekstrim sangat padat dan tak siap merilis uap air.
Di sisi lain, air mendidih siap merilis uap. Saat air dilempar ke udara, udara terpecah menjadi tetesan dan disinilah letak masalahnya. Banyaknya uap yang melebihi batas udara membuat ‘partisipan’ berubah menjadi partikel mikroskopik di udara dan menciptakan salju.Berikut videonya
Ruang Kosong
Bentuk padat tiap zat pasti lebih padat dari bentuk cairnya namun hal ini tak berlaku bagi air. Saat air membeku, volumenya meningkat 8%. Perilaku aneh ini membuat bongkahan es bisa mengambang. Serupa benda solid lain, perbedaan yang ada adalah struktur heksagonal kristal es yang menyisakan banyak ruang kosong yang membuat es tak padat.
Tak Ada Duanya
Dalam sejarah salju, tiap struktur cantik ini sangat unik. Alasannya, kepingan salju berawal dari prisma heksagonal sederhana. Kepingan salju turun dipengaruhi suhu, tingkat kelembaban dan tekanan udara yang membuatnya tak pernah ada yang kembar. Menariknya, kepingan salju selalu tumbuh dengan sinkronisasi sempurna.
Asal Usul Air
Asal usul yang menyelimuti 70% permukaan Bumi masih menjadi misteri bagi ilmuwan. Menurut ilmuwan, air yang ada di Bumi 4,5 miliar tahun silam menguap akibat panasnya matahari muda. Artinya, air di Bumi saat ini bukan berasal dari Bumi itu sendiri.
Terdapat teori, 4 miliar tahun silam di masa Late Heavy Bombardment, terdapat benda masif menghantam Bumi dan benda ini berisi air. Selain itu, terdapat teori komet menjadi ‘dalang’ pemberi air bagi planet hunian manusia ini.
Kini muncul masalah baru, air yang ada menguap dari komet utama (Halley, Hyakutake, dan Hale-Bopp) memiliki jenis yang berbeda dari H2O Bumi yang menunjukkan, komet ini bisa jadi bukan sumber semua air yang ada.

Sumber:http://cah-pesbuk.blogspot.com/2011/10/fenomena-air-versi-fisika.html

Sains Di Balik Tendangan Bebas Terbaik















Salah satu gol paling menakjubkan dalam dunia sepak bola internasional
bukanlah sebuah kebetulan, menurut klaim para ahli fisika setelah
mempelajari sains tendangan bebas yang rasanya tak mungkin.



Roberto Carlos (Brasil) melakukan tendangan dari jarak 35 m ke arah
gawang Perancis pada tahun 1997 yang nampaknya mengarah ke sudut
lapangan tapi membelok seperti pisang ke dalam jaring gawang.

Pembekokannya sangat jelas sampai-sampai penjaga gawang Perancis Fabien
Barthez tidak bergerak untuk menjaga gawangnya dari bola karena dalam
pikirannya bola itu akan keluar.



Seorang pemain yang berada pada jarak 9 m dari gawang juga menghindar
karena pikirnya bola itu akan mengenainya hingga secara mengejutkan bola
itu akhirnya mengayun ke kiri dan mendarat di belakang jaring gawang.



Tendangan bebas Carlos di Tournai de France ditulis oleh banyak orang
sebagai kesempatan yang sangat mujur yang menahan Perancis imbang. Satu
teori menyatakan pastilah bola itu dibantu oleh tiupan angin.



Akan tetapi sekarang para ilmuwan menerapkan hukum fisika untuk membereskan masalah itu.



Mereka mengkomputasi lintasan bola itu dan menunjukkan bahwa gol Carlos bukanlah kebetulan.



Dengan menggunakan bola-bola plastik kecil dan sebuah katapel, tim
peneliti Perancis dari École Polytechnique di Palaiseau dekat Paris
mengubah kecepatan dan perputaran bola-bola melewati air untuk mengikuti
lintasan-lintasan yang berbeda.



Walaupun penelitian mereka langsung mengkonfirmasi efek Magnus yang
sudah lama diketahui, yang membuat bola yang berputar memiliki lintasan
kurva, penelitian mereka mengungkap wawasan segar tentang bola-bola
berputar yang ditembakkan dari jarak yang sama dengan tendangan bebas
Carlos.



Pergesekan yang didesakkan pada suatu bola oleh atmosfir sekelilingnya
cukup memperlambat bola itu sehingga putarannyalah yang memegang peranan
yang lebih besar untuk mengarahkan lintasan bola, dengan demikian
memperkenankan perubahan arah di saat terakhir yang dalam kasus
tendangan bebas Carlos membuat Barthez kehilangan pertahanan.



Para peneliti menyebut penemuan mereka sebagai "spiral bola yang
berputar", membandingkan efek spiral tendangan Carlos dengan jarak yang
lebih dekat (24 m) tendangan bebas "sirkuler" seperti yang dilakukan
David Beckham dan Michael Platini.



Seperti yang dikatakan oleh Christophe Clanet dan David Quéré yang
merupakan peneliti dari École Polytechnique: "Ketika tendangan berasal
dari jarak yang cukup jauh dan dengan tenaga yang cukup untuk
mempertahankan kecepatan yang cukup saat mendekati gawang, bola itu bisa
memiliki lintasan yang tak terduga."



"Tendangan Carlos dimulai dengan lintasan sirkuler klasik tapi tiba-tiba
membengkok dengan cara yang spektakuler dan mengarah kembali ke gawang
walaupun sebelumnya keluar dari target."



"Orang-orang sering kali memperhatikan bahwa tendangan bebas Carlos
ditendang dari jarak yang cukup jauh, kami menunjukkan dalam laporan
kami bahwa ini bukanlah sebuah kebetulan, tapi merupakan suatu kondisi
yang diperlukan untuk menghasilkan sebuah lintasan spiral," katanya.



Penelitian ini dipublikasikan di the New Journal of Physics.

Sumber:http://sainspop.blogspot.com/2010/09/sains-di-balik-tendangan-bebas-terbaik.html

Menjadi “lebih muda” dengan Dilatasi Waktu dari Einstein

Sewaktu saya kecil dahulu tahun 1970an, saya sering berkhayal seperti apa hidup di tahun 2000 kelak. Maklum namanya anak kecil yang suka nonton TV, dan sangat suka film-film science fiction semacam Lost in Space ataupun Star Trek, saya membayangkan hidup tahun 2000 sudah penuh dengan kemajuan-kemajuan yang seperti saya lihat di televisi, misalnya robot-robot yang berkeliaran di sana-sini membantu pekerjaan manusia, dan juga perjalanan-perjalanan antarplanet bahkan antargalaksi yang sudah menjadi kebiasaan pada saat tahun 2000 kelak.
Meskipun kini saya dan kita semua tahu bahwa tahun 2000 ternyata perubahan kehidupan tidak sedramatis seperti yang saya bayangkan sewaktu saya masih kecil, namun khayalan saya tentang nikmatnya perjalanan ruang angkasa tidak pernah sepi dari fikiran saya. Saya kini mengetahui bahwa perjalanan angkasa luar ke galaksi-galaksi yang jauh dan bertemu dengan makhluk-makhluk asing yang cerdas masih jauh api dari panggang, bukan hanya dihambat oleh jauhnya jarak-jarak antargalaksi, namun juga saya kini mengetahui bahwa menurut teori relativitas Einstein, tidak ada satu bendapun yang dapat bergerak melebihi kecepatan cahaya yaitu secepat 3\:X\:{10}^{8} meter/detik, atau sekitar 1.080.000.000 km/jam. Mungkin banyak juga makhluk-makhluk cerdas di luar angkasa sana yang sama frustasinya dengan kita karena tidak dapat menjelajahi alam semesta melebihi kecepatan cahaya. Ini masalahnya bukan hanya keterbatasan teknologi, tapi juga hukum alam yang sangat sulit dibengkokkan oleh teknologi semaju apapun!
Teori relativitas Einstein, menguak sedikit harapan di antara keputusasaan manusia dalam menempuh perjalanan luar angkasa yang jauh dan memakan waktu lama. Andaikan kita menempuh perjalanan waktu ke sebuah bintang yang letaknya 100 tahun cahaya, maka jikalau tidak ada benda yang dapat bergerak melebihi kecepatan cahaya, menurut teori Fisika klasik, maka minimal waktu yang dibutuhkan untuk mencapai bintang tersebut adalah 100 tahun lebih sedikit. Namun dengan diformulasikannya teori relativitas Einstein yang berkenaan dengan dilatasi waktu, maka perjalanan yang memakan waktu 100 tahun tersebut dapat ‘dipersingkat’ (awas dalam tanda kutip!) menjadi puluhan tahun,  belasan, atau  bahkan satuan tahun!
Teori relativitas khusus Einstein sebenarnya ada empat: yaitu yang mencakup: Pemendekan Panjang (Length Contraction), Pemelaran Waktu/Dilatasi Waktu (Time Dilation), Penambahan Massa (Mass Increase), dan juga hubungan antara energi dan massa yang terkenal dengan rumusnya: e=m{c}^{2}. Namun yang paling mempesonakan saya adalah masalah Dilatasi Waktu/ Pemelaran Waktu (Time Dilation) saja, yang akan saya tulis dalam postingan ini.
Nah, karena saya bukan ahli Fisika, saya mengharapkan jikalau ada kesalahan dalam tulisan saya ini atau kalau ada yang perlu ditambahkan, terutama mereka yang ahli fisika, tentu saya sangat berterimakasih atas kontribusinya. Hasil tulisan saya ini adalah penyederhanaan dari berbagai situs yang saya baca tentang Dilatasi Waktu/Time Dilation.
Hubungan antara waktu (baik waktu pengamatan pada saat diam ataupun waktu pada saat bergerak), kecepatan cahaya dan juga kecepatan benda bergerak adalah sebagai berikut:
{t}_{1}=\frac{{t}_{o}}{\sqrt{1-\frac{{v}^{2}}{{c}^{2}}}}
dimana {t}_{1} waktu pada benda diam, sedangkan t_o adalah waktu pada benda bergerak, v adalah kecepatan benda bergerak, sedangkan c adalah kecepatan cahaya yaitu: 3\:X\:{10}^{8}\:\frac{m}{s} atau 1.080.000.000 \frac{km}{jam}. Sekarang kita ambil contoh misalkan kita bergerak dengan mobil kita terus menerus selama 100 tahun (misalkan! :D ) dengan kecepatan 100 km/jam. Mula-mula kita konversikan dulu kecepatan 100 km/jam menjadi 27.8 meter/detik. Bagi mereka yang belum bi(a)sa mengkonversikan dari satuan km/jam menjad meter/detik, caranya adalah sebagai berikut:
100 \frac{km}{jam}\:=\:100 \frac{km}{jam}\:X\:\frac{1000\:m}{1\:km}\:X\:\frac{1\:jam}{3600\:detik}\:=\:27.8\frac{m}{detik}
Lalu sesudah itu kita masukkan kecepatan tersebut ke dalam rumus dilatasi waktu seperti di atas:
{t}_{1}=\frac{{t}_{o}}{\sqrt{1-\frac{{v}^{2}}{{c}^{2}}}}
100=\frac{{t}_{o}}{\sqrt{1-\frac{{27.8}^{2}}{({3\:X\:{10}^{8})}^{2}}}}
100=\frac{{t}_{o}}{\sqrt{1-\frac{772,84}{9\:X\:{10}^{16}}}}
100=\frac{{t}_{o}}{1}
{t}_{o}\:=\:100
Dengan memakai kalkulator kita tentu dengan mudah dapat menghitungnya. Kita dapat melihat di sini bahwa kalau kita bergerak ‘hanya’ dengan kecepatan 100 km/jam dalam waktu 100 tahun, maka waktu pada benda diam dan waktu pada benda bergerak perbedaan sangat sangat sangat kecil sekali, sehingga bisa diabaikan. Alias 100 tahun pada benda diam sama dengan 100 tahun pada benda yang bergerak secepat 100 km/jam. Nah, sekarang coba kalau kita naik pesawat ruang angkasa dengan kecepatan 0,7 kali kecepatan cahaya (0,7c) atau 0,7 X 1.080.000.000 km/jam = 756.000.000 km/jam. Kita masukkan ke dalam rumus, maka:
{t}_{1}=\frac{{t}_{o}}{\sqrt{1-\frac{{v}^{2}}{{c}^{2}}}}
100=\frac{{t}_{o}}{\sqrt{1-\frac{{(0,7c)}^{2}}{{c}^{2}}}}
100=\frac{{t}_{o}}{\sqrt{1-\frac{{0,49c}^{2}}{{c}^{2}}}}
100=\frac{{t}_{o}}{\sqrt{1-\:0,49}}
100=\frac{{t}_{o}}{0,714}
{t}_{o}=71.4
Maka terlihat bahwa 100 tahun waktu di Bumi sama dengan 71.4 tahun waktu di pesawat luar angkasa yang melakukan perjalanan selama 100 tahun di Bumi. Sekarang kita coba masukkan kecepatan 0,8c, 0,9c, 0,95c, 0,99c, 0,999c ke dalam rumus di atas dan hasilnya:
0,8c ——-> t_o = 60 tahun
0,9c ——-> t_o = 43,6 tahun
0,95c ——> t_o = 31.2 tahun
0,99c ——> t_o = 14,1 tahun
0,999c —–> t_o = 4,48 tahun
Di atas kita melihat bahwa 100 tahun di Bumi sama dengan 4,48 tahun (kira2 4 setengah tahun lah!) waktu di pesawat angkasa yang bergerak dengan kecepatan 0,999c selama 100 tahun Bumi. Ini adalah setitik harapan bagi kita yang ingin menjelajahi bintang-bintang di galaksi lain yang jauhnya. Namun tentu saja ini bukan perkara yang mudah, selain kendala teknologi juga untuk menerbangkan pesawat luar angkasa yang besar dengan kecepatan 0,999c tentu memerlukan energi yang sangat sangat sangat besar, seluruh cadangan energi organik yang ada di Bumi sekarang belum tentu bisa menerbangkan pesawat luar angkasa ini sampai ke ujung galaksi, apalagi sampai ke galaksi lain! Untuk itu perjalanan angkasa seperti ini nampaknya belum akan terwujud dalam waktu dekat ini.
Nah apakah anda tertarik untuk mengarungi luar angkasa dengan kecepatan 0,999c seperti ini agar ‘lebih awet muda’? ‘Awet muda’ di sini dalam tanda kutip karena memang andaikan kita mengarungi angkasa selama 4,5 tahun dengan pesawat angkasa tersebut (yang sama dengan 100 tahun di Bumi) kita memang hanya merasakan 4,5 tahun seperti 4,5 tahun hidup normal di Bumi, bukan merasakan 100 tahun di Bumi dengan badan tetap muda yang hanya bertambah 4,5 tahun! Bukan! Sekarang, andaikan kita kembali dari perjalanan ruang angkasa kita (yang kita rasakan hanya 4,5 tahun) kembali ke Bumi, ternyata Bumi telah berubah selama 100 tahun secara teknologi dan sosio-kultural. Kita merasa sangat terasing di Bumi kita, kita melihat peralatan canggih dan teknologi yang belum kita kenal pada saat kita berangkat dari Bumi. Peradaban dan sosio-kultural juga mungkin sudah berubah banyak selama 100 tahun belakangan di Bumi. Dan yang paling membuat kita sedih adalah orang-orang yang kita kenal dan kita cintai mungkin sudah lama meninggalkan kita………


Sumber: https://spektrumku.wordpress.com/2007/08/17/menjadi-lebih-muda-dengan-dilatasi-waktu-dari-einstein/

10 Fakta Alam Semesta yang Bikin Merinding dan Merenung

Pada 2011 lalu, para ilmuwan dari University Portsmouth membuat peta tiga dimensi alam semesta. 2MASS Redshift Survey (2MRS) -- namanya -- mencakup jarak 380 juta tahun cahaya, 45.000 galaksi tetangga selain Bima Sakti. Itu pun belum semua.

Alam semesta sedemikian luas. Lalu di mana posisi kita, manusia? Berikut gambarannya seperti Liputan6.com kutip dari situs BuzzFeed, Sabtu (25/11/2014).

1. Ini Bumi, tempat tinggal kita, di mana kita hidup, tumbuh, berkembang biak, menjalin hubungan, sekaligus juga saling berperang dan menyakiti.

 2. Dan ini Bumi bersama para tetangganya planet di Tata Surya
 


3. Ini jarak antara Bumi dan Bulan, satelitnya: 384.400 km. Terasa dekat namun nyatanya jauh bukan?
 
4. Ini yang terjadi jika Anda menjejerkan semua planet dalam Tata Surya secara beraturan dan berjajar. Lihat betapa kecil Bumi kita

 5. Ini Amerika Utara jika dibandingkan dengan planet terbesar dalam Tata Surya: Yupiter.
 
6. Ini ukuran enam Bumi dibandingkan dengan Saturnus. Kalah besar
 
7. Seandainya Bumi memiliki cincin seperti Saturnus, maka akan seperti ini penampakannya
 
8. Ini adalah gambar komet. Manusia baru mendaratkan satelit di atas 'anak nakal' ini. Bandingkan ukuran satu komet dengan Kota Los Angeles di Amerika Serikat
 
9. Ini ukuran Bumi dibandingkan dengan besar Matahari. Benar-benar tak sebanding. Bikin merinding... 
 10. Cukup aman untuk mengasumsikan ada banyak lubang hitam (black hole) di luar sana. Berikut ini adalah ukuran sebuah black hole dibandingkan dengan ukuran Bumi. Mengerikan...


Sumber: http://news.liputan6.com/read/2138039/26-fakta-alam-semesta-yang-bikin-merinding-dan-merenung?p=3

































Pembiasan pada prisma dan kaca plan paralel

1. Pembiasan Cahaya pada Prisma
Prisma ialah sebuah zat bening yang dibatasi oleh dua buah bidang datar.
Pembiasan pada Prisma
Apabila seberkas sinar datang dari medium renggang (udara) menuju meium rapat (bidang prisma),
akan dibiaskan mendekati garis normal. Selanjutnya, berkas sinar tersebut dari medium rapat (bidang prisma) menuju udara (medium renggang) akan dibiaskan menjauhi garis normal. Jalannya pembiasan pada prisma seperti yang ditunjukkan pada gambar:
Persamaan sudut puncak prisma,
dimana :
β = sudut pembias prisma atau sudut puncak,
r1 = sudut bias saat berkas sinar memasuki bidang batas udara-prisma,
i2 = sudut datang saat berkas sinar memasuki bidang batas prisma-udara.

Secara otomatis persamaan di atas dapat digunakan untuk mencari besarnya i2 bila besar sudut pembias prisma diketahui.
Persamaan sudut deviasi prisma :

Keterangan :
D = sudut deviasi
i1 = sudut datang pada bidang batas pertama
r2 = sudut bias pada bidang batas kedua berkas sinar keluar dari prisma
β = sudut puncak atau sudut pembias prisma

Grafik hubungan antara sudut deviasi (D) dan sudut datang pertama i1

Grafik hubungan D dan
i















devisiasi minimum terjadi saat i1 = r2, sehingga

Persamaan deviasi minimum :
a. Bila sudut pembias lebih dari 15°



Keterangan :
n1 = indeks bias medium
 n2 = indeks bias prisma
Dm = deviasi minimum
β = sudut pembias prisma

b. Bila sudut pembias kurang dari 15°






Keterangan
δ = deviasi minimum untuk b = 15°
 n2-1 = indeks bias relatif prisma terhadap medium
β = sudut pembias prisma


2. Pembiasan Cahaya pada Kaca plan paralel
Kaca plan paralel atau yang biasa disebut balok kaca merupakan keping kaca tiga dimensi yang kedua sisinya dibuat sejajar.

Seperti pada prisma, cahaya yang mengenai kaca planparalel juga akan dibiaskan dua kali , yaitu pembiasan ketika memasuki kaca planparalel dan pembiasan ketika keluar dari kaca plan paralel.

Pembiasan pada kaca Plan Paralel
Pada saat sinar memasuki kaca :
Sinar datang ( i ) dari udara (medium renggang) ke kaca (medium rapat) maka akan dibiaskan ( r ) mendekati garis normal ( N ).
Pada saat sinar keluar dari kaca
Sinar datang ( i' ) dari udara (medium renggang) ke kaca (medium rapat) maka akan dibiaskan ( r' ) menjauhi garis normal ( N )

Selain itu, sinar yang keluar dari kaca planparalel mengalami pergeseran dari arah sinar semula,besar pergeseran arah sinar tersebut memenuhi persamaan berikut :


Keterangan :
d = tebal balok kaca, (cm)
i = sudut datang, (°)
r = sudut bias, (°)
t = pergeseran cahaya, (cm) 
 
sumber: http://seputarpendidikan003.blogspot.com/2014/12/pembiasan-cahaya-pada-prisma-dan-pada.html

Bloger wanita terkaya

            Blog adalah salah satu platform media sosial yang hingga saat ini masih banyak penggunanya. Meski sekarang sudah hadir Facebook, Twitter, Pinterest, Google Plus dan lainnya, namun blog masih memiliki tempat di hati masyarakat dunia. Apa yang bisa ditawarkan oleh Blog ternyata tidak dimiliki oleh media sosial lainnya. Demikian juga kebalikannya. Oleh karena itu, baik blog maupun Facebook dan Twitter masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.
         Harus diakui sudah cukup banyak orang yang tekun di dunia blog kemudian menjadi orang kaya baru. Bahkan media-media mereka menjadi acuan dan paling disegani
Wow , , , , Asik ngak kalo Seandainya jadi blogger wanita terkayaHanya Dengan Menjadi blogger ??? Yupz cuma dengan menulis Blog, Bisa Mendapat Penghasilan ratusan juta,,Siapa Sih Dia  , , , , , ini loh Cewek asal negara Nigeria . . . .


Namanya Linda Ikeji, , , ,  Blognya juga namanya Lindaikeji, Search aja Di Mbah Google sob , , ,
Yang jadi Pertanyaan Dari Mana Dia dapat Ratusan juta perbulannya ???
Banyak Sumber yang mengatakan adalah dari Slot iklan yang dipasang diblognya , , ,
Dan perusahaan yang mengiklan bukan Sembarang Perusahaan, Perusahaan Besar dinegaranya , , ,
Duhhhh Jadi Ngiri neh Sobat , , , ,

Dilihat dari Blognya Bangsatriamandala Menaksir Lebih dari 15ribu postingan Original Loh . . .
Sumber Inspirasi dari postingannya adalah dari media2 masa , , ,
perlu diketahui linda ini ngeblog dari Tahun 2006, , , ,
jadi wajar jika postingannya sampe ribuan , , ,
Artikelnya juga menarik tulisan sendiri , , , ,

nah Apakah sobat Blogger juga ingin Seperti dia ????
Yupz Siapa sih blogger yang ngak mau punya penghasilan ratusan juta perbulan . . . :)
bangsatriamandala juga mau kali sob , , ,  :)

 Nb: Template blognya linda biasa aja dan nggak Optimasi Seo + yang Lainnya loh. . .
Blognya Linda ini hanya mengandalkan postingan saja , , ,

Ini hasil Pengecekkan bangsatriamandala terhadap Blognya linda . . .

Fantastis kan , , , , :)

Yupz itulah sobat bangsatriamandala, Blogger wanita terkaya


 SUMBER     :
 http://korantekno.com/article/133340/10-blogger-terkaya-di-dunia.html
 http://ciar-ciar.blogspot.com/2013/01/tiga-bloger-terkaya-indonesia.html
 http://bangsatriamandala.blogspot.com/2014/02/blogger-wanita-terkaya-                    dinegaranya.html